Merayakan Transisi, Meneguhkan Intelektualitas
STIPAR Ende menggelar Ekaristi Pembukaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PK2MB) tahun akademik 2025–2026

Oleh: Anselmus Dore Woho Atasoge
Dosen Stipar Ende
Di tengah semilir angin kota Ende dan semangat kemerdekaan yang mulai terasa di udara, Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa Ende (STIPAR Ende) menggelar Ekaristi Pembukaan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PK2MB) tahun akademik 2025–2026.
Dua program studi, Pendidikan Keagamaan Katolik dan Konseling Pastoral, menjadi ruang awal bagi para mahasiswa baru untuk memulai perjalanan intelektual dan spiritual mereka.
Dua program studi, Pendidikan Keagamaan Katolik dan Konseling Pastoral, menjadi ruang awal bagi para mahasiswa baru untuk memulai perjalanan intelektual dan spiritual mereka.
Ekaristi yang berlangsung khidmat dipimpin oleh Ketua Stipar Ende, Dr. Fransiskus Z. M. Deidhae, M.A, didampingi Wakil Ketua I Dr. Josef Aurelius Woi Bule, Ketua Prodi PKK Yohanes Don Bosco Bodho, Lic., dan Ketua Prodi KP Yohanes Fransiskus Siku Jata, Lic. Hadir pula para dosen dan tenaga kependidikan, menyambut generasi baru yang diharapkan menjadi pewarta harapan di tengah masyarakat yang kompleks.
Dalam homilinya, Dr. Frederikus menyentuh sisi terdalam psikologi mahasiswa baru. “Ada yang berjuang hanya untuk diri sendiri, tidak mampu berbagi, itulah yang membuat mereka cepat jatuh. Maka marilah kita menjadi mahasiswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu membagikan pengetahuan dan semangat kepada sesama,” ujarnya.
Ia mengajak para mahasiswa untuk move on dari kehidupan lama, dan berani melangkah ke kehidupan baru yang lebih bermakna.
Gagasan Dr. Frederikus dalam homilinya, yang mengajak mahasiswa baru untuk move on dari kehidupan lama dan berani melangkah ke kehidupan baru yang lebih bermakna, sejalan dengan gagasan yang dikembangkan dalam psikologi perkembangan dan pendidikan.
Pemikir terkenal seperti Lev Vygotsky, seorang psikolog Rusia, menekankan pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif melalui teorinya tentang Zone of Proximal Development (ZPD). Vygotsky menyatakan bahwa “What a child can do in cooperation today, he can do alone tomorrow,” yang berarti bahwa kemampuan seseorang berkembang melalui kolaborasi dan dukungan sosial.
Dalam konteks mahasiswa baru, mereka tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual, tetapi juga kemampuan untuk berbagi pengetahuan dan semangat dengan sesama agar dapat tumbuh secara utuh.
Senada dengan itu, Albert Bandura, tokoh psikologi sosial dan pembelajaran, melalui teorinya tentang Social Learning, menegaskan bahwa “Most human behavior is learned observationally through modeling.”
Mahasiswa yang aktif berbagi dan menjadi teladan bagi rekan-rekannya turut menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan bermakna. Maka, ajakan Dr. Frederikus bukan sekadar nasihat moral, melainkan seruan yang berakar pada pemikiran ilmiah tentang pentingnya relasi sosial, pembentukan karakter, dan transisi psikologis yang sehat dalam dunia pendidikan tinggi.
Senada dengan itu, John Dewey, filsuf pendidikan terkemuka, menyatakan bahwa “Education is not preparation for life; education is life itself.” Bagi Dewey, pendidikan yang bermakna adalah yang mendorong mahasiswa untuk aktif berpikir, bertanya, dan terlibat dalam kehidupan sosial secara reflektif.
Dalam konteks ini, mahasiswa bukan hanya penerima pengetahuan, tetapi agen perubahan yang dibentuk melalui proses intelektual yang mendalam dan berkelanjutan.
Maka, pengembangan intelektualitas bukan sekadar tuntutan akademik, melainkan fondasi bagi lahirnya generasi yang mampu menjawab tantangan zaman dengan keberanian berpikir dan ketajaman nurani.
Dengan semangat Ekaristi yang menghidupkan dan refleksi mendalam dari para pemimpin STIPAR Ende, PK2MB bukan sekadar seremoni pembuka, melainkan sebuah pernyataan iman dan harapan: bahwa pendidikan pastoral adalah ziarah menuju pembaruan diri dan pemulihan dunia.
Di ruang ini, mahasiswa tidak hanya dibentuk untuk memahami, tetapi untuk menyinari; tidak sekadar belajar, tetapi menjadi pelita bagi zaman yang haus akan arah dan makna. Dari STIPAR Ende, terang itu dinyalakan—untuk dunia yang menanti cahaya.